Sahabat yang luar biasa, beberapa
saat yang lalu, saya menerima undangan dari Mayjen Bambang Suranto untuk
memberi seminar motivasi di SESKOAD (Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat)
di Bandung, Jawa Barat. Karena acara akan berlangsung jam 10 pagi, maka pada
pukul setengah enam pagi, saya pun bersiap-siap berangkat ke Bandung.
Ketika ke luar rumah, sopir sudah menyiapkan mobil yang sudah terisi dengan barang2. Karena satu dan lain hal, mobil yang tadinya akan digunakan harus diganti. Tidak membuang waktu, kami pun langsung memindahkan barang2 ke mobil pengganti dan segera berangkat.
Sekitar pukul 9.15 kami tiba di Kota Bandung. Saya, yang masih mengenakan sandal rumah, segera berkemas-kemas di mobil. Tapi... lho, mana sepatu saya?! Di tempat pemberhentian, kami segera sibuk mencarinya ke segala sudut mobil, tapi si sepatu tidak berkenan ditemukan juga.
"Pasti, ketinggalan di mobil yang pertama!" saya berkata dalam hati sambil menganalisa keadaan. "Padahal waktu seminar sudah mepet sekali. Dari kontak pertelpon, panitia dan peserta sudah lengkap dan siap menunggu kehadiran saya. Tidak mungkin saya pergi dahulu ke pertokoan sekarang. Lagipula, saya, asisten, dan sopir tidak terlalu mengenal jalan-jalan di Bandung. Apa yang harus saya lakukan?"
Ketika ke luar rumah, sopir sudah menyiapkan mobil yang sudah terisi dengan barang2. Karena satu dan lain hal, mobil yang tadinya akan digunakan harus diganti. Tidak membuang waktu, kami pun langsung memindahkan barang2 ke mobil pengganti dan segera berangkat.
Sekitar pukul 9.15 kami tiba di Kota Bandung. Saya, yang masih mengenakan sandal rumah, segera berkemas-kemas di mobil. Tapi... lho, mana sepatu saya?! Di tempat pemberhentian, kami segera sibuk mencarinya ke segala sudut mobil, tapi si sepatu tidak berkenan ditemukan juga.
"Pasti, ketinggalan di mobil yang pertama!" saya berkata dalam hati sambil menganalisa keadaan. "Padahal waktu seminar sudah mepet sekali. Dari kontak pertelpon, panitia dan peserta sudah lengkap dan siap menunggu kehadiran saya. Tidak mungkin saya pergi dahulu ke pertokoan sekarang. Lagipula, saya, asisten, dan sopir tidak terlalu mengenal jalan-jalan di Bandung. Apa yang harus saya lakukan?"
Segera
saya melirik ke sepatu asisten saya. Setelah dicoba, ternyata ukuran sepatunya
tidak cocok dengan kaki saya. Giliran berikutnya, sepatu si sopir menjadi
sasaran dan ternyata juga tidak cocok.
Dalam
kebingungan, saya teringat nama salah seorang sahabat saya yang tinggal di
Bandung. Ia seorang pengusaha yang memproduksi sepatu dan sandal. Namanya, Felix
Verguso (merek sepatu produksinya, sesuai namanya sendiri). Saya pun segera
meneleponnya untuk meminta bantuan.
Percakapan di telepon, dan peristiwa yang terjadi setelahnya, berjalan sangat cepat. Menyadari situasi ‘genting', tanpa banyak basa basi, Felix segera membantu. Melalui anak buahnya, dikirimlah dua pasang sepatu ke tempat saya berada, lengkap dengan semir dan sikatnya. Saya coba, pilih, dan segera meluncur ke tempat seminar.
Percakapan di telepon, dan peristiwa yang terjadi setelahnya, berjalan sangat cepat. Menyadari situasi ‘genting', tanpa banyak basa basi, Felix segera membantu. Melalui anak buahnya, dikirimlah dua pasang sepatu ke tempat saya berada, lengkap dengan semir dan sikatnya. Saya coba, pilih, dan segera meluncur ke tempat seminar.
Ketika
saya menanyakan harga yang harus ditebus, Felix dengan halus menolak.
"Masa seorang Andrie Wongso, yang saya kenal dengan baik, harus
bayar?" demikian katanya.
Berkat bantuannya, saya bisa tampil dengan layak dan penuh percaya diri, seperti biasanya. Sungguh bantuan yang sangat berharga dari seorang sahabat. Felix, thx berat sobat!
Berkat bantuannya, saya bisa tampil dengan layak dan penuh percaya diri, seperti biasanya. Sungguh bantuan yang sangat berharga dari seorang sahabat. Felix, thx berat sobat!
Teman-teman,
Arti
persahabatan itu sangat penting! Di dalam kehidupan ini, kita tidak bisa hidup
sendiri. Kita perlu memiliki sahabat. Apalagi saat kita berada dalam kesulitan
atau perlu bantuan, tentu sahabat bisa kita andalkan.
Tetapi, seperti yang selalu saya katakan, yang
lebih penting adalah kita bisa menjadi sahabat bagi orang lain. Lakukanlah
kebajikan dan kebaikan sedikitnya satu kali sehari. Juga, bersikaplah terbuka;
siap membantu orang lain! Saya melakukan hal-hal ini setiap hari dan peristiwa
luar biasa ini menguatkan saya untuk terus melakukannya. Bagaimana dengan
teman-teman?